Belajar Menulis ditengah Pandemi COVID-19 bersama Bunda Kanjeng

Pandemi COVID-19 boleh saja menyerang berbagai sektor yang ada di seluruh negeri. Namun, di saat yang sama, sektor-sektor tersebut terus bertahan bahkan melakukan adaptasi hingga berinovasi. 

 

Pendidikan menjadi salah satu sektor terdampak yang cukup signifikan. Tetapi, sesaat setelah Pandemi COVID-19 mengguncang sektor pendidikan Indonesia, berbagai pihak yang ada di dalamnya, terutama guru, terus melakukan inovasi dan menghadirkan solusi. 

 

Pendidikan jarak jauh menjadi solusi terbaik di tengah protokol kesehatan berupa jaga jarak dan kerja dari rumah ini. Menggunakan berbagai aplikasi, proses pembelajaran dapat tetap dilakukan dengan optimal meski proses transfer pengetahuan dilakukan dari rumah masing-masing. 

 

Para murid dapat tetap belajar dari rumah masing-masing. Sedangkan para guru dapat terus meningkatkan keterampilan diri dan mengasah kemampuan mengajar dengan memanfaatkan berbagai media daring, mulai dari Zoom hingga Google Classroom. 

 

Salah satu pengalaman saya yang sangat bermakna di masa pendidikan jarak jauh dan kini disebut sebagai era ‘New Normal’ ini adalah kelas ‘Belajar Menulis Gelombang 15’. 

 

Bertemakan ‘Pengalaman Menerbitkan Buku’, kelas yang digelar pada tanggal …. Tersebut memberikan banyak pengetahuan baru bagi saya terutama dalam dunia kepenulisan. Dipandu oleh Sri Sugiastuti, berbagai informasi yang disampaikan dalam kelas tersebut mudah dipahami sehingga saya dapat menangkapnya dengan cukup jelas.

 

Salah satu hal yang membuat saya begitu antusias adalah bahwa menulis bukanlah bakat namun keterampilan. Hal tersebut dapat terlihat dari perjalanan Sri Sugiastuti dalam dunia kepenulisan Tanah Air hingga akhirnya mampu menerbitkan lebih dari 20 buku bahkan ada yang diterbitkan oleh penerbit mayor. 

 

Pertemuan pertama Sri Sugiastuti dengan dunia kepenulisan adalah ketika dirinya sering menulis beberapa puisi dan artikel untuk majalah dinding ketika masih duduk di bangku sekolah. Namun ternyata, ketika umurnya menginjak setengah abad, dirinya seperti terlahir kembali setelah menemukan dunia literasi yang telah lama terpendam dalam dirinya. 

 

Proses pertemuannya kembali dengan dunia literasi adalah ketika dirinya menyelesaikan pendidikan ke jenjang berikutnya, yaitu di tingkat Magister. Setelah lulus, Sri Sugiastuti mendapatkan tawaran untuk menulis sebuah buku yang bekerja sama dengan sebuah penerbit Mayor dengan judul “Seri Pendalaman Materi Bahasa Inggris”. 

 

Dari sinilah perjalanannya di dunia literasi Tanah Air terus berkembang. Bahkan, hingga kini, dirinya telah memiliki lebih dari 20 buku yang telah diterbitkan. Beberapa di antaranya berhasil diterbitkan oleh penerbit mayor Tanah Air. Sedangkan beberapa buku lainnya diterbitkan oleh penerbit indie. 

 

Perjalanan Sri Sugiastutii dalam menemui kebahagiannya di dunia literasi memang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. 

 

Kini, meski di umurnya yang telah masuk usia JELITA (Jelang Lima Puluh Tahun) dan meski di tengah kesibukannya menjadi seorang guru, Sri Sugiastuti tetap berkarya dengan berbagai tulisannya. Bahkan, guru blogger ini juga terus produktif menuangkan berbagai ide dan gagasannya dalam berlembar-lembar tulisan. 

 

Dari pengalaman Sri Sugiastuti, saya juga dapat belajar bahwa proses dan latihan disertai dengan ketekunan dan disiplin tinggi tidak akan pernah mengkhianati hasil. Kegagalan dan tantangan memang akan selalu ada dan bahkan terus berkembang. Namun, jika terus istikamah dan berkarya secara terus-menerus, maka hasilnya pun juga akan memuaskan. 

 

Selain itu, memulai keterampilan baru tidak terbatas oleh tempat dan umur karena seperti prinsip yang dipegang oleh Sri Sugiastuti, “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini 5 Tips Paling Ampuh Terbitkan Buku Keren Ala Bu Nora

Silabus Menulis dari pak Akbar Zainudin

Pak Guru Roma Bagikan 4 Tips Paling Jitu Tanamkan Budaya Menulis dalam Diri