Pak Guru Roma Bagikan 4 Tips Paling Jitu Tanamkan Budaya Menulis dalam Diri
Setelah pada tanggal 07 Agustus 2020 lalu, kelas Menulis bersama Om Jay menghadirkan Cikgu Tere, kini, pada tanggal 10 Agustus 2020, kami kedatangan tamu yang tidak kalah berpengaruhnya di dunia literasi pendidikan Tanah Air.
Tamu tersebut adalah Yulius Roma Patandean, S.Pd. yang akan menjadi pembicara di kelas Menulis dengan tema “Pengalaman Menulis dan Menerbitkan Buku”.
Pendidik yang biasa dipanggil Roma ini memiliki kesamaan dengan Cikgu Tere, yaitu sama-sama alumni dari Grup 8 Kelas Menulis dengan nara sumber Prof. Richardus Eko Indrajit. Keduanya sama-sama “hasil produksi” dari topik materi menulis dalam satu minggu.
Jika Cikgu Tere memilih untuk membukukan Ubiquoutus Learning, Roma memilih untuk memperdalam keilmuannya di dunia digital transformation. Pengalaman menulis dalam kurun waktu satu minggu yang didampingi oleh Prof Eko membuatnya sangat menghargai proses dalam menulis.
“Terima kasih prof. Jujur, saya menangis prof. Terima kasih bimbingannya. Seorang anak kampung, ternyata bisa nulis buku.” Kenang Roma kepada Prof. Eko.
Kalimat tersebut terungkap begitu saja setelah proses kepenulisan yang dialami oleh Roma dilalui dengan hasil yang sangat memuaskan. Naskahnya diterima oleh penerbit Andi dan bahkan sudah masuk pre-order. Namun, pengalaman tersebut tak hanya dilewatkannya begitu saja.
Jauh lebih dari itu, Roma memiliki ketertarikan yang lebih dari sebelumnya untuk terus berkaya dalam berbagai tulisan. Bahkan, guru Bahasa Inggris di UPT SMAN 5 Tana Toraja ini juga menghasilkan sebuah metode yang membuatnya selalu ingin menulis.
Metode tersebut dinamainya dengan CLBK atau kependekan dari Coba, Lakukan, Budayakan, Konsisten.
1. Coba
Menurut Roma, awal dari keberhasilan adalah mencoba. Dalam melakukan berbagai pekerjaan dalam hidupnya, dirinya hampir tidak pernah menolak berbagai tawaran selama berkaitan dengan dunia mengajar. Dengan mencoba berbagai hal tersebut, dirinya memiliki berbagai pengalaman yang kemudian dapat dijadikannya sebagai ide menulis.
Bahkan, ketika dirinya merasa letih dan lelah, Roma tetap berusaha untuk terus mencoba. Dengan mencoba menuliskannya, dirinya pun dapat menemukan ritme tulisan yang bahkan dapat mengalir dengan sendirinya.
2. Lakukan
Ketika mencoba, maka hasilpun akan diterima. Roma selalu berusaha untuk mencoba menuliskan berbagai hal yang ada di kepalanya. Setelah proses tersebut dapat dilakukan secara terus menerus maka akan menemukan keunikan tulisan. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk memulai menulis dengan berbagai ide.
Bahkan, ketika dirinya tidak punya ide atau kelelahan dengan ide yang ada, Roma tetap memaksakan dirinya untuk menulis. Apapun itu. Dirinya akan selalu menyimpan sebuah tulisan yang tersimpan di draft blognya. Pasalnya, jika sudah memilih untuk berhenti, maka ketika itu juga semangat menulis akan padam.
3. Budayakan
Mengerti karakter tulisan dan melakukannya secara berkala adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk terus mengembangkan ketertarikan dengan proses menulis. Setelah itu, langkah yang tak kalah penting adalah membudayakannya.
Langkah budayakan bermaksud buat menulis jadi bagian dari cara hidup. Buat menulis layaknya mengajar yang jika tidak melakukannya, kita akan merasa kehilangan atau ada yang kosong. Bahkan, menulis juga bisa jadi kebutuhan sehingga menulis sudah menjadi aktivitas keseharian.
4. Konsisten
“Tak ada karya yang terselesaikan dengan baik tanpa konsistensi.” Tegas Roma dalam menjelaskan langkah terakhir dalam metode CLBK nya.
Konsistensi adalah senjata utama untuk menghasilkan karya tulisan yang mampu menginspirasi banyak orang. Salah satu cara yang biasa dilakukan oleh Roma dalam menerapkan konsistensi dalam proses kepenulisannya adalah dengan memaksa dirinya sendiri untuk menulis.
Selain memaksa dirinya menulis, Roma juga melakukan berbagai hal untuk mendukung langkah tersebut, mulai dari membeli buku secara reguler hingga membaca buku sesuai dengan idenya saaat itu.
Setelah melakukan berbagai pemaparan tersebut, Roma juga memberikan kesempatan untuk bertanya. Dari berbagai pertanyaan tersebut, ada pertanyaan yang cukup menarik menurut saya.
Pertanyaan tersebut datang dari Susanto yang berdomisili di Kabupaten Musi Rawas. Pertanyaannya adalah bagaimana Roma “membunuh” rasa jenuh? Roma pun menjawabnya dengan sangat tegas.
“Jika saya jenuh menulis, jujur saya pergi ke kebun pak. Mengeluarkan keringat di sana. Namun, di kebun pikiran saya tetap jalan.” Jawab Roma dengan sederhana.
Perjalanan Roma menjalani proses di dunia kepenulisan sangatlah “rewarding”. Pasalnya, pendidik yang pernah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Toraja ini tidak hanya mampu menerbitkan satu buku di penerbit Andi, tetapi dua buku. Yang pertama berjudul “Digital Transformation” dan yang kedua berjudul “Flipped Classroom”.
Di akhir pemaparannya, Yulius Roma Patandean juga menyebutkan, “Jangan takut CLBK, namun nikmatilan prosesnya dan syukuri hasilnya.”
jiooz, hebat resumenya
BalasHapusLuar biasa. Konsisten menulis.
BalasHapusKeren.
BalasHapus