Pendidik Aritmatika Sekaligus Pemilik Sekolah, Kisah Bu Betti Bangun TK-SD Insan Kamil dari Nol, Sangat Menginspirasi!

Setelah sebelumnya saya mendapat banyak sekali pengetahuan tentang cara menulis dan menerbitkan buku di penerbit mayor, kali ini saya mendapat inspirasi yang begitu mencerahkan. 

Dengan tema ‘Menjadi Guru Entrepreneur’, kelas daring bersama Om Jay kali ini dipandu oleh salah satu sumber inspirasi dari banyak pendidik di Tanah Air, yaitu Dra. Betti Risnalenni MM. Beliau adalah pendiri sekolah Insan Kamil di Bekasi, Jawa Barat. 

Tidak banyak guru yang bisa membagi waktunya dengan baik antara pendidikan dan bidang lainnya. Namun, Bu Betti berbeda. Guru yang memiliki kecintaan mendalam pada dunia aritmatika ini berhasil membagi waktunya dengan baik antara dunia pendidikan dan dunia kewirausahaan. Hasilnya, selain menjadi seorang pendidik, dirinya juga menjadi seorang pebisnis. Bahkan, seorang penulis juga. 

Setelah dibuka oleh Bu Kanjeng yang berperan sebagai moderator, Bu Betti langsung membuka kelas kali ini dengan awal perkenalannya dengan dunia kewirausahaan. 

Sedari kecil, Bu Betti sudah bercita-cita menjadi seorang guru. Bahkan, menurutnya, menjadi guru adalah dambaan semua orang dan terlihat keren. Maka dari itu, Bu Betti selalu berusaha untuk jaga image saat dirinya bersinggungan secara langsung dengan dunia kewirausahaan melalui ibunya. 

Perkenalannya tersebut terjadi ketika dirinya sering membantu ibunya berjualan kue di daerah Cempaka Putih, Jakarta, dan berpindah ke Bekasi. Meski tetap jaga image, Bu Betti mengaku sangat menikmati perjalanannya tersebut. Bahkan, dirinya masih melakukannya hingga kuliah. 

“Tapi setelah saya menikah, usaha catering keluarga saya ditutup karena kata ibu saya cukuplah berusaha di catering karena capek.” Kenang Bu Betti. 

Sejak itulah, Bu Betti tidak lagi berada di dunia kewirausahaan. 

Baru setelah lulus kuliah, dirinya berkenalan dengan cita-citanya waktu kecil, yaitu dunia pendidikan. Perjalanannya berkecimpung di dunia pendidikan diawai dari perannya sebagai guru di beberapa sekolah. Hingga pada akhirnya, dirinya memilih untuk kembali bersinggungan dengan dunia kewirausahaan. 

Perjalanan kewirausahaan disertai pendidikannya tersebut dimulai dengan mendirikan sebuah kursus di Bekasi, tepatnya pada tahun 1996. Bahkan hingga kini tempat kursus tersebut sudah memiliki 24 cabang. Selain membuat kursus, Bu Betti juga membuat buku aritmatika. 

Penghasilan dari buku aritmatika tersebutlah yang membantu Bu Betti untuk terus mengembangkan kemampuannya di dunia pendidikan. Hingga babak baru dalam dunia pendidikannya dimulai dengan merintis sekolah TK dan SD yang kemudian diberi nama Insan Kamil yang berada di Bantar Gebang, Bekasi. 

Pendirian TK dan SD Insan Kamil tersebut dimulai ketika dirinya menyambut keinginan dari seorang pengelola salah satu cabang kursusnya yang ingin mendirikan TK. Meski agak ragu di awal, Bu Betti bersama pengelola tersebut mendirikan TK dan SD dengan mengontrak sebuah rumah. 

“Motivasi saya awalnya karena saya sedih tidak dapat menyekolahkan anak saya di sekolah bagus karena saya seorang guru.” Ungkap Bu Betti menjawab pertanyaan dalam sesi tanya jawab. 

Selain menyambut keinginan dari salah satu pengelola cabang kursusnya, ternyata Bu Betti juga memiliki motivasi lain ketika mendirikan SD-TK Insan Kamil. Ternyata dulu anak pertamnya pernah tes di sebuah sekolah ternama. Namun, karena gajinya dan suaminya sebagai guru kecil, anaknya tidak bisa melanjutkan ke sekolah yang diinginkannya. Sejak itulah, keinginannya untuk mendirikan sekolah muncul.  

Keunggulan awal dari sekolah Insan Kamil yang didirikannya adalah hafalan jus dan aritmatika. Seiring berjalannya waktu, meski sebelumnya perannya sebagai pembuat materi ajar, akhirnya Bu Betti harus mengelolanya sendiri karena temannya tersebut memilih untuk mundur setelah bertahan selama 3 bulan. Tidak ingin menyerah begitu saja, Bu Betti memilih untuk meneruskan dan mengembangkan sekolah tersebut. 

Untuk menutup biaya operasionalnya, Bu Betti menggunakan uang hasil penjualan materi ajarnya tentang aritmatika. Selain itu, selama dirinya akhirnya menjabat sebagai kepala sekolah, Bu Betti juga memiliki pekerjaan sampingan lainnya. 

“Selagi mengelola sekolah itu, saya masih aktif bekerja sama dengan Mall di Bekasi, Metropolitan Mall, yang telah berjalan mulai dari tahun 1996 hingga 2007.” Jelas Bu Betti. 

Selama itu, pihak mall mengijinkan Bu Betti untuk mengadakan berbagai lomba di lantai bawah. Dari kegiatannya tersebut, timbul pula bisnis baru, yaitu berjualan piala. Bahkan, dirinya juga sempat bekerja sama dengan makanan siap saji dan berbagai lapak yang ada di mal tersebut dalam penyelenggaraan lombanya. 

Dari menulis hingga 30 buku aritmatika hingga menjual piala, Bu Betti dapat terus mengembangkan TK dan SD Insan Kamil. Bahkan, Bu Betti pernah meraih juara 1 Kepala Sekolah berprestasi pada tahun 2009 silam.

 

Kini, selain mengelola sekolah yang telah dikembangkannya dari kerja kerasnya tersebut, Bu Betti juga kini menjadi UMKM binaan Dinas Koperasi Bekasi dengan produk yang dikembangkannya di dunia kuliner berupa brownis. 

Menjelang akhir kelas, Bu Betti memberikan tips utamanya untuk menjadi seorang Guru Entrepreneur. 

“Berani mencoba dan pantang menyerah. Gunakan peluang setiap ada kesempatan. Karena kesempatan itu belum tentu terulang kembali.” Jawab Bu Betti. 

Memang tidak mudah untuk menjadi seorang guru sekaligus wirausaha. Namun, tidak mudah bukan berarti tidak mungkin. Bu Betti telah membuktikannya dan berhasil mengembangkannya hingga dua dekade berikutnya. Bu Betti menutup kelas daring bersama Om Jay gelombang 15 ini dengan kalimat yang sangat inspiratif. 

“Selagi kita bisa berkarya, berkiprah, lakukanlah. Kalau itu memang bagus, hati kecil kita tak mungkin mengingkarinya. Lakukanlah apa yang bisa dilakukan. Yang penting kegiatan itu positif dan tidak merugikan orang lain.” Pungkas Bu Betti. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pak Guru Roma Bagikan 4 Tips Paling Jitu Tanamkan Budaya Menulis dalam Diri

SEMANGAT BELAJAR MENULIS DI BLOG

Silabus Menulis dari pak Akbar Zainudin